Selasa, 01 Maret 2016

BAB XXXIV


Bertemu Jokowi di Angkasa

Saya mbahti Mulyati di tahun 2011 telah menulis sebuah buku yang dicetak terbatas di Kab. Sragen dengan judul : Wewarah Budaya Jawi lan Pitutur, dedongengane Simbah Marang Anak Putu.
Pada buku tersebut di bab XX, mbahti tulis tentang kepemimpinan Bapak jokowi yang arif dan bijaksana, berwibawa dan orangnya sederhana penuh kharisma, serta selalu sambung rasa kepada warganya. Lalu buku itupun telah mbahti sampaikan kepada Pak Jokowi melalui seorang penulis biografi pada saat sesi interview di Loji Gandrung (rumah dinas walikota Solo) ketika masih menjabat walikota Surakarta di tahun 2012.
Ketika menerima sebuah buku karangan mbahti, beliau hanya berkomentar singkat, “Ya beginilah buku tentang nasihat orang tua kepada anak cucu, yang sekarang sudah jarang kita dapatkan.”
Kurang lebih tiga bulan kemudian Bapak Jokowi dicalonkan menjadi Gubernur DKI dan Alhamdulillah beliau terpilih dan menjabat sebagai Gubernur DKI.
Cerita pun berlanjut, yaitu tanggal 9 April 2014 Bangsa Indonesia memilih para wakil rakyat. Sehari kemudian, di tanggal 10 April mbahti berkesempatan pergi umroh ke tanah suci dan buku karangan mbahti itu tak lupa dibawa.
Dengan penuh doa dan harapan mudah-mudahan Bapak Joko Widodo mendapatkan Ridha Allah bisa menjadi pemimpin tertinggi Bangsa Indonesia yang amanah dan penuh barokah, yang bisa mengatasi amanat penderitaan rakyat  (bagi orang Jawa, tahta itu seperti wahyu yang diturunkan pada manusia).
Semoga negara bisa jadi tertata-titi, adem ayem tentrem, dan selalu mendapatkan widodo, basuki, slamet nir ing sambikala.
Begitulah beberapa doa yang mbahti panjatkan di tanah suci selama menjalankan ibadah umroh. Pada tanggal 18 April, simbah ti sudah menuju ke bandara King Abdul Aziz di Jeddah untuk pulang ke tanah air dengan pesawat Garuda menuju bandara Soekarno-Hatta. Dari bandara Soetta terus ganti pesawat yang menuju bandara Adi Sumarmo Solo.
Setelah semua penumpang masuk ke kabin pesawat, dari kursi depan terdengar teriakan heboh para penumpang, “Jokowi...Jokowi...Jokowi.” Alangkah kagetnya simbah ti sampai gemetaran, karena tidak menyangka dan mengira bisa bertemu dengan orang yang dikagumi dan dibanggakan. Pak jokowi menuju ke kursi belakang tanpa ditemani pengawal dan tidak bersama Ibu Iriana.
Seperti biasanya kalau ada Pak Jokowi semua warga berebut bersalaman termasuk simbah ti ketika Pak Jokowi melewati deretan kursi penumpang turut bersalaman.
“Assalamu’alaikum Bapak”
“Waalaikum salam, bu.” jawab Pak Jokowi dengan senyum ramahnya, dan seakan seperti mimpi bagi simbah ti apakah benar sudah bersalaman dengan Bapak Jokowi.
Kemudia beliau duduk di kursi belakang dekat toilet dan di kelas ekonomi. Ini yang membuat simbah ti tambah kagum dan bangga kepada Bapak Jokowi meskipun sudah menjadi seorang gubernur dan calon presiden tetapi tidak mau memanfaatkan fasilitas negara.
Dengan kesederhanaan, keramahan dan keteladanannya justru semakin menambah kewibawaannya. Rasanya kok jauh dari yang dituduhkan banyak orang untuk menjelekkan namanya menjelang pilpres. Orang yang mempunyai akal sehat (wong waras) dan tidak dibutakan oleh kekuasaan akan merasa lebih hormat dan bangga, di zaman sekarang ini masih ada pejabat negara yang tidak mau menghamburkan fasilitas negara dengan aji mumpung, adigang-adigung-adiguna.

Selamat berjuang Bapak Jokowi.
Demi Nusa Bangsa dan Negara
Maju tak gentar membela yang benar
Maju terus pantang mundur
Rawe-rawe rantas malang malang putung
Rukun agawe santosa crah agawe bubrah
Sepi ing pamrih rame ing gawe
Jer basuki mawa beya
Wewarah lan pituture para pini sepuh kang winasis leluhur wong Nusantara.
Sekali lagi selamat berjuang Bapak Jokowi, Allah menyertaimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar